Nobar Film “Pengepungan di Bukit Duri”, Rano Karno: Film “Pengepungan di Bukit Duri” sukses menggetarkan layar bioskop dan hati para penontonnya. Tidak hanya masyarakat umum, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, juga turut hadir dalam acara nonton bareng (nobar) bersama ratusan petugas PPSU dan pemadam kebakaran. Reaksinya? “Action-nya luar biasa!”, begitu puji Rano dengan semangat.
Acara nobar ini digelar di XXI Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis malam (8/5/2025), dan berlangsung penuh antusiasme. Namun, bukan sekadar hiburan, film ini menyimpan makna sosial yang dalam.
Film Rano Karno: dengan Aksi Tegang dan Realita Sosial yang Menohok
Rano Karno: Ini Bukan Sekadar Film Aksi
Rano Karno menyebut film ini lebih dari sekadar tontonan. Baginya, film ini adalah cerminan wajah Jakarta hari ini, terutama dari sisi sosial.
“Film ini menyuguhkan aksi yang nyata dan tidak lebay. Tapi yang lebih penting, pesan sosialnya kuat,” ujarnya kepada awak media usai nobar.
Sebagai tokoh yang telah malang melintang di dunia perfilman dan kini menjabat posisi strategis pemerintahan, komentar Rano dianggap sebagai validasi kualitas film ini.
Sinopsis Singkat: Ketegangan di Tengah Kekacauan
Dibintangi Morgan Oey, Disutradarai Joko Anwar
“Pengepungan di Bukit Duri” adalah film aksi-drama sosial yang berlatar di masa depan (tahun 2027). Dikisahkan Edwin, seorang guru pengganti di SMA Duri, berusaha menemukan keponakannya yang hilang.
Namun alih-alih sekadar menjadi guru sementara, ia terjebak dalam kerusuhan berdarah yang melanda sekolah dan sekitarnya. Siswa-siswa brutal, kekacauan sipil, dan tekanan batin membuat Edwin harus bertahan hidup di tengah pengepungan.
Sinematografi Realistis, Semua Aksi Dilakukan Tanpa Stuntman
Joko Anwar: Ini Aksi yang Berangkat dari Ketakutan, Bukan Gagah-gagahan
Yang membuat film ini terasa hidup adalah keputusan sutradara Joko Anwar untuk tidak menggunakan pemeran pengganti dalam hampir seluruh adegan aksi.
“Kami ingin penonton benar-benar merasakan bahwa ini bukan soal siapa paling jago. Ini tentang bertahan hidup,” ujar Joko.
Setiap adegan pertarungan dan kekacauan digarap dengan koreografi yang organik. Tidak glamor, tapi justru mencekam karena sangat dekat dengan kenyataan.
Pesan Sosial Kuat: Pendidikan, Kekerasan, dan Keadilan
Film yang Mengajak Masyarakat Merenung
Melalui alur yang menegangkan, film ini menyuarakan banyak hal: ketimpangan pendidikan, tumbuhnya kekerasan struktural, dan minimnya perhatian pada remaja urban.
Joko Anwar menyatakan bahwa film ini memang sengaja dibuat untuk memantik diskusi publik, bukan hanya menjadi konsumsi hiburan sesaat.
“Kami ingin penonton pulang dari bioskop dengan perasaan terusik, bukan hanya terhibur,” katanya.
Nonton Bareng Petugas PPSU & Damkar: Bentuk Apresiasi Pemerintah
Saling Menghargai Lewat Layar Lebar
Pemprov DKI Jakarta menggagas nobar ini sebagai bentuk penghormatan kepada para petugas lapangan, khususnya yang setiap hari bekerja menjaga kota.
“Kalian garda terdepan di lapangan. Film ini juga tentang perjuangan, jadi kami ingin kalian yang pertama menontonnya,” ucap Rano Karno di hadapan peserta nobar.
Acara ini sekaligus menjadi sarana refreshing, sekaligus ajang refleksi sosial di kalangan para abdi negara.
Dukungan Pemerintah terhadap Industri Film Lokal
Rano Karno: Film Lokal Harus Didukung!
Rano menegaskan bahwa film lokal berkualitas harus diberi ruang dan dukungan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
Menurutnya, film seperti “Pengepungan di Bukit Duri” berpotensi menjadi alat edukasi dan kampanye sosial yang jauh lebih efektif dibandingkan ceramah atau pamflet.
“Kalau film bisa menggerakkan orang berpikir dan merasa, itu sudah luar biasa,” tegas Rano.
Film Lokal Rano Karno:, Kualitas Internasional, Pesan Sosial yang Menyentuh
“Pengepungan di Bukit Duri” bukan sekadar film laga biasa. Ia hadir sebagai film aksi dengan jiwa sosial, dikemas dalam narasi padat dan visual yang memukau.
Aksi realistik, akting kuat, serta keberanian mengangkat isu-isu sensitif menjadikan film ini layak diapresiasi dan ditonton oleh lebih banyak orang. Bukan hanya hiburan, tapi juga cermin kerasnya realita kota yang harus kita ubah bersama.