Film “Ambyar Mak Byar” menjadi salah satu tayangan layar lebar paling menarik perhatian publik Indonesia pada awal tahun ini. Mengusung genre drama komedi musikal dengan sentuhan budaya lokal yang kental, film ini menyajikan kisah yang tidak hanya menghibur tetapi juga sarat makna. Menggandeng musisi campursari dan aktor ternama tanah air, film ini berhasil menyuguhkan cerita yang memadukan perjuangan cinta, keteguhan pada cita-cita, dan pelestarian budaya Jawa dalam sinematografi yang segar.
Cerita Tentang Jeru dan Konco Seneng
Film ini mengisahkan pemuda bernama Jeru (Gilga Sahid) yang tinggal di kota kecil Jawa Tengah. Bersama teman masa kecilnya Rick, Novian, Wahyu, dan Aruna mereka membentuk grup musik campursari bernama “Konco Seneng”. Mereka sering tampil di acara hajatan meskipun belum dikenal luas. Namun mereka bersemangat mengenalkan kembali campursari kepada generasi muda.
Kehangatan Persahabatan di Tengah Keterbatasan
Persahabatan mereka tumbuh dari kecintaan yang sama terhadap musik. Mereka menghadapi keterbatasan alat musik, kesulitan ekonomi, dan tekanan sosial yang meremehkan campursari. Namun semangat mereka tidak pernah padam.
Cinta yang Tak Direstui
Jeru jatuh cinta pada Bethari (Happy Asmara), putri dari keluarga Keraton Surakarta. Hubungan mereka terjalin saat Konco Seneng tampil di acara budaya. Meskipun saling mencintai, cinta mereka ditentang. Argo (Ariyo Wahab), paman Bethari, menilai Jeru tak pantas secara status sosial.
Benturan Budaya dan Status
Hubungan Jeru dan Bethari menjadi simbol benturan dua dunia. Film ini menggambarkan bagaimana cinta sering dikorbankan demi norma sosial. Tapi kisah mereka juga menunjukkan pentingnya keberanian untuk jujur pada perasaan sendiri.
Musik sebagai Jiwa Cerita
Musik menjadi elemen kuat dalam film ini. Lagu seperti “Pangestu” dan “Jare Tresno” tidak hanya sebagai latar, tapi juga alat untuk menyampaikan emosi. Campursari disajikan dengan aransemen segar, menjembatani generasi muda dengan tradisi lokal.
Harmoni yang Menyatukan
Setiap lagu menyampaikan isi hati tokohnya. Musik mempertemukan harapan dan konflik. Ia menghubungkan masa lalu dan masa depan, serta menyatukan kelas sosial yang berbeda.
Drama dan Komedi dalam Takaran Pas
Film ini menyelipkan humor dalam momen yang tepat. Karakter seperti Wahyu dengan teori nyelenehnya, atau dialog lucu Novian dan Aruna, memberi keseimbangan dalam cerita yang sarat makna. Humor mereka terasa natural, bukan dipaksakan.
Tertawa di Tengah Derita
Tertawa jadi cara mereka bertahan. Bahkan di tengah kesedihan, mereka bisa saling menguatkan. Komedi dalam film ini menyentuh tanpa harus kasar atau slapstick.
Konflik Memuncak: Dilema Antara Impian dan Tradisi
Saat Argo memblokir akses media, Konco Seneng bubar. Jeru kehilangan arah. Bethari ditekan keluarganya untuk menikah. Di tengah keputusasaan, Jeru kembali ke akar bermain musik rakyat. Aksinya viral dan mengangkat nama mereka kembali.
Keteguhan yang Mewujudkan Mimpi
Jeru menunjukkan bahwa mimpi bisa dicapai dengan kerja keras. Ia tidak butuh koneksi elite, hanya semangat dan ketulusan. Pesan ini menjadi penegas bahwa keberanian bisa mengubah nasib.
Akhir yang Mengharukan dan Menginspirasi
Film ditutup dengan Konco Seneng tampil di festival besar. Mereka memakai busana adat dan tampil penuh semangat. Bethari hadir mendukung dari balik panggung. Argo pun akhirnya luluh, mengakui keteguhan Jeru.
Film Lokal yang Layak Dibanggakan
Ambyar Mak Byar bukan film cinta biasa. Ia menyuarakan perjuangan, budaya, dan harapan. Musik tradisional dihidupkan kembali dengan cara yang modern. Film ini akan menyentuh siapa pun yang pernah berjuang untuk cinta atau impian. Sebuah tontonan yang menghibur sekaligus membangkitkan rasa bangga terhadap budaya sendiri.